Rabu, 16 Maret 2011

Sejarah Singkat Monumen Perjuangan 45 Kp. Ciseupan Desa Cibuluh Kec. Tanjungsiang


Monumen ini merupakan perwujudan sejarah perlawanan tentara nasional pada masa Agresi Belanda ke-2, adapun sejarah cerita perlawanan tersebut yang terjadi di Kampung Ciseupan Desa Cibuluh Kecamatan Tanjungsiang adalah sebagai berikut :
Saat menguak kembali sejarah dimana pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer untuk yang kedua kalinya, Ibu Kota Republik Indonesia di Yogyakarta di rebut Belanda; Soekarno-Hatta beserta beberapa pimpinan Indonesia lainnya ditawan.  Jenderal Soedirman beserta seluruh Angkatan Perang masuk hutan untuk menjalankan perang gerilya melawan Belanda.
Pasukan Siliwangi yang hijrah ke Yogyakarta segera melakukan Long menuju Jawa Barat pada tanggal 20 Desember 1948. Pada umumnya mereka menuju daerah daerah dimana mereka berjuang sebelum hijrah. Batalyon Engkong Darsono menuju daerah gerilya Jakarta, Bogor, Bekasi, Cianjur; Batalion Lukas menuju gerilya Karawang Purwakarta, Batalion Suparjo menduduki daerah gerilya Ciasem, dengan kembalinya Diisi Siliwangi ke Jawa Barat maka serangan-serangan kepada kedudukan Belanda semakin meningkat.
Hari kamis, tanggal 4 Pebruari 1949 sebanyak 1500 prajurit RI dari Batalion 3001 Prabu Kian Santang Brigade XIII-Divisi Siliwangi sekembalinya dari Yogyakarta menuju Bandung. Di bawah pimpinan Mayor Engkong Darsono. Pasukan ini singgah di Desa Rancamanggung untuk beristirahat, namun pasukan tidak tertampung semua maka disebar ke daerah lain termasuk ke kampung Ciseupan Desa Cibuluh, tepatnya di kampung Pasirserah.
Demi kelancaran dan keamanan, Mayor Engkong Darsono selaku pimpinan Batalion mengirim surat kepada Kepala Desa Cibuluh  dan surat yang kedua ditujukan kepada pimpinan Markas Besar Belanda yang berada di Cidongkol, namun dikarenakan jauh maka surat disampaikan kepada Markas Belanda  terdekat yang ada di kampung Cikaramas dan Gardusayang. Surat tersebut berisi permohonan ijin menginap dan permohonan bantuan keamanan perjalanan menuju kota Bandung, pihak Belanda mengijinkan Tentara RI menginap dengan syarat semua persenjataan harus diikat.
Pada hari jum’at tanggal 5 Pebruari 1949 sekitar pukul 04.00 dini hari, pasukan Belanda dari arah Bolang mendatangi kampung Ciseupan dan dengan paksa tentara Belanda mengumpulkan pemuda dan masyarakat Ciseupan untuk menunjukan keberadaan pasukan Siliwangi. Setibanya di Pasirserah tentara Belanda melakukan penyergapan secara tiba-tiba dan berhasil merampas senjata milik tentara Siliwangi. Karena pasukan tidak seimbang tentara siliwangi mundur ke daerah Rancamanggung untuk meminta bantuan dari tentara siliwangi lainnya. Di bawah komando Mayor Engkong Darsono tentara siliwangi melakukan penyerangan kembali terhadap tentara belanda yang melakukan penyergapan di daerah Ciseupan maka terjadilah pertempuran besar-besaran. Karena kemampuan dan semangat yang gigih akhirnya pasukan belanda dapat dilumpuhkan.
Dalam pertempuran tersebut tercatat :
-          1 tentara Belanda berpangkat mayor meninggal
-          5orang tentara belanda berpangkat letnan meninggal
-          35 orang prajurit Belanda meninggal
-          3 pucuk senjata mesin (Bren Gun) berikut  peluru mesinnya, 2 pucuk mortar berikut 16 butir peluru serta 48 senjata LE/Sten Gun dapat dirampas oleh Pasukan Siliwangi.
Dari pihak tentara Siliwangi dan sipil diketahui :
-          5 prajurit gugur
-          3 orang luka berat
-          2 orang penduduk sipil meninggal
-          2 orang penduduk sipil luka tembak
-          Materi hewan kerbau 2 ekor tertembak mati.
Dipihak tentara siliwangi setelah selesai pertempuran merasa tidak aman, maka rute perjalanan dirubah menjadi kembali ke arah Rancamanggung, Ciburuan Jingkang, Sumedang dan Subang.
Untuk mengenang peristiwa tersebut. Maka didirikanlah sebuah Tugu Monumen “PERJUANGAN 45” Ciseupan. Di area monument terebut di buat juga dua buah patung replika Mayor Engkong Darsono dan Mursid, sayangnya dua buah replika patung tersebut hancur dan akhirnya direnovasi dalam bentuk lain yakni patung Mayor Engkong Darsono selaku pimpinan pasukan dan replika patung harimau yang melambangkan Pasukan Batalion 3001 Kian Santang (Siliwangi).

1 komentar:

  1. Meskipun singkat tapi cukup jelas bagi saya sebagai orang Subang asli, tapi kurang mengenal perjuangan para pahlawannya. Terima kasih banyak.

    BalasHapus